8.3.09

Dirimu` Tak lekang oleh waktu'

Seorang gadis duduk termengung di depan halte bus. Bukan untuk menanti bus atau menanti jemputan. Tapi untuk menanti kekasihnya yang pergi karena ada orang lain yang mengganggu mereka. Biasanya Deva dan Nuri akan melewati jalan itu setelah pulang dari sekolah. Dia benar-benar mencintai Cowok itu, Deva mantan kekasihnya. Deva pergi 2tahun yang lalu. Karena ada Nuri, dia hadir di tengah-tengah Deva dan Chaca di saat hubungan mereka retak. Di saat semuanya rapuh. Tak berapa lama Deva dan Nuri lewat di depan kedua matanya. Dia tau hatinya benar-benar terluka dalam. Tapi hanya itu yang dapat ia lakukan, tak ada lagi. Menemuinya itu juga tak mungkin. Dia belum bisa mengikhlaskan mereka, sama seperti sekarang. Hatinya terhadap Deva belum berubah. Ingatannya kembali berputar ketika terakhir mereka bertemu, Chaca nama cewek itu

“Cha, aku bakal temui kamu setelah ujian nasianal nanti”Kata Deva malam itu

“kamu janji?”Isak Chaca di hadapan Deva, Chaca tau hati Deva tak ingin melakukan ini, tapi kisah mereka tak mungkin bisa di lakukan, tak ada lagi yang bisa di pertahankan.

“Apa kita bisa kembali lagi? Seseorang yang menikah juga bisa pisah karena cerai, tapi mereka juga bisa rujuk, Va?”Isak Chaca sekali lagi.

“Ada juga seseorang yang menikah yang cerai lalu menemui jodohnya selanjutnya”Ucap Deva pelan

“Tapi, Va buatku jodoh hanya satu kali, menikah satu kali , bercinta hanya satu kali dan hiduppun hanya satu kali, tak mungkin berkali-kali”Chaca Menjelaskan

Jemarinya yang lembut, diraih oleh Deva. Itu terakhir kalinya dia memegang tangan Deva dan pelukan Deva kala itu untuk yang terakhir. Di Radio saat itu terdengar lagu milik kerispatih “Demi Cinta”. Ada sebuah lirik yang membuat Chaca merasa tersentuh dan membuatnya berfikir kalau itu dirinya.

“Jujur aku tak kuasa saat terakhirku genggam tanganmu, namun yang pasti terjadi ku tak mungkin kan bersama lagi. Bila nanti esok hari ku temukan dirimu bahagia, ijinkan aku titpkan kisah cinta kita selamanya……”

Tangis Chaca semakin terisak. Saat melihat Deva pergi menjauh Chaca tak berhenti mengejarnya. Deva tak memperdulikan itu.

“Deva……Chaca Cinta sama kamu, jangan tinggalin Chaca, Va”Isak Chaca. Tiba-tiba hujan turun amat deras. Chaca baru sadar ketika itu semua orang menatapnya heran.

“Chaca, tau tuhan Deva nangis. Chaca tau Deva ngga bisa. Kenapa tuhan lakuin ini ke Chaca!!”Teriaknya

“sabar, Cha!!Ayo minta maaf sama tuhan. Chaca ngga baik ngomong gitu”Tiba-tiba ada suara di belakangnya.

“Arya….”

“Pulang yuk?”

Setelah itu tak ada kontak di antara mereka. Chaca mencoba menghubungi Deva. Dia memberanikan diri meminjam HP Tama sahabat Deva di sekolah, dan sahabat kecil Chaca yang mengenalkan dirinya dengan Deva.

Telfon itu di angkat…

“Halo….”Sapa orang di seberang sana

Chaca membalasnya dengan kata yang sama dengan suara yang bergetar, dia tak bisa menyimpan rindunya yang telah 4 bulan dia tahan. Dan membohongi dirinya kalau di hatinya tak ada cinta yang tumbuh subur.

“Kok pake no.number sih?”Ucap Deva

“Kamu tau ngga aku siapa?Aku bukan Nuri”Kata Chaca dengan menangis. Dia tak tahan lagi airmata itu keluar dengan sendirinya

Tiba-tiba dia terdiam tak bersuara….

“Halo…”Ucap Chaca

“Dev…”Klik terdengar suara terputus dari seberang sana.

Chaca semakin terisak. Tak ada lagi kesempatan baginya untuk lebih dekat dengan Deva. Chaca terisak di kamarnya. Rindunya tak bisa lagi dia pendam. Dia menangis sesenggrukan. Dia berbohong di hadapan teman-temannya. Setiaphari hanya senyum yang dia keluarkan. Tapi hati kecilnya menangis, mencari Deva. Tak pernah berhenti. Tak pernah berjarak. Tak ada yang tahu kecuali dirinya dan tuhan.

“Tuhan, Bantu Chaca melewati semuanya”Isak Chaca

1 bulan setelah itu…

Deva benar-benar tak memenuhi janjinya hingga sekarang. Hari ini hari terakhir ujian nasional, Chaca menanti kedatangan Deva. Tak henti-hentinya dia menengok ke arah jendela. Cintanya belum berubah dan belum berpindah. Di Radio penyiar kesukaan mereka terus bercuap-cuap. Dia sedang membacakan pesan Chaca untuk Deva malam itu. Hingga malam datang dan bulan mulai Redup Deva belum menampakan batang hidungnya. Ini malam terakhir Chaca di kota kelahirannya, besok Chaca berangkat ke Jakarta, untuk liburan menenangkan hatinya yang merindukan Deva.

Malam ini Chaca bertekad harus bertemu Deva, daripada terlambat. Karena kangen itu semakin menggebu. Arya, sahabat Chaca. Dia tak pernah melepaskan Chaca sendiri. Dia membuntuti Chaca. Chaca berjalan dari rumahnya hingga rumah Deva. Begitu besar cintanya.

“Assalamu’alaikum….”Sapanya Setelah sampai di rumah Deva

“ Permisi tante..Deva ada”Ucap Chaca dengan bibir bergetar

“Deva berangkat liburan malam ini, dia baru aja berangkat ke stasiun”

Tanpa permisi Chaca langsung berlari menuju stasiun. Dia tak tau mau naik apa kesana, yang dia tahu dia memiliki kaki untuk berlari. Dia berlari sekuat tenaga mengejar cintanya. Jarak stasiun dan rumah Deva tak dekat. Chaca tak memperdulikannya yang dia tau dia bisa melihat Deva.

Setelah dua jam, ternyata kereta menuju Jakarta terlambat. Tapi setelah Chaca sampai kereta itu telah datang. Dia sibuk mencari Deva. Arya kehilangan jejak Chaca, dia langsung banting stir ke arah stasiun.

“Deva…aku kangen,Va”Teriak Chaca

Orang-orang mengiranya gila, dia tak peduli. Dia melihat ayah Deva. Ternyata ibu Deva telah menelepon suaminya.

“Chaca….”Kata Ayah Deva

“Om, ijinin Chaca ketemu Deva”Isak Chaca

“Cha”Ucap Arya

“Ya, Deva pergi”

Chaca langsung naik ke atas kereta, dia menemukan Cintanya. Sedang duduk sendiri melamun.

“Va, ini Chaca”Ucap Chaca

“Chaca?”kata Deva kaget

“Va, Chaca kangen. Deva mau kemana?Kenapa nggak dateng?Deva lupa Chaca?Lupa ultah Chaca?”Isak Chaca

“Maafd tapi sebentar lagi kereta jalan, mending kamu turun”Kata Deva ketus, tetapi matanya memerah menahan airmata.

Deva mengantar Chaca turun dari kereta. Tangannya meninggalkan usapan halus di pipi Chaca, menghilangkan airmata Chaca.

Kereta mulai berjalan pelan, Chaca mengejarnya. Hingga dia di cegah oleh Arya…

“Ya, dia pergi, ya?”isak Chaca

Arya mengangguk, menahan airmata. Tak sanggup dia melihat Chaca seperti itu.

“Cha, pulang ya?”Ucap Tama

“aku belum bilang kalau aku cinta dia, Ya”

Chaca berlari menuju rel kereta selanjutnya. Tapi sebelum sampai sebuah mobil menabraknya.

“Brakkk..!!!”tubuh mungil chaca terlempar. Dia tak sadarkan diri. Ayah Deva membawanya kerumah sakit. Kakinya harus amputasi. Ayah Chaca mengikhlaskan anaknya lumpuh dan tak mampu meneruskan sekolah.

1 jam kemudian…

Chaca membuka matanya perlahan…

“Cha”Ucap Arya

“Arya, Chaca dimana?Chaca kenapa?”Kata Chaca pelan

“Chaca ketabrak mobil. Chaca inget ngga? Kemarin malam?”

“Waktu Deva pergi?”

“Ya”

Chaca bangkit ketika melihat Ayah Deva. Dia tertegun. Dia membuka selimutnya, dia ingin berjalan, ingin meminta nomor handphone Deva setelah dia mebuka selimutnya yang menutupi seluruh kakinya, dia terkejut, terpukul. Arya terlambat mencegahnya.

“Arya…kaki Chaca mana?!!!”Teriak Chaca di antara isak tangisnya

“Chaca tenang ya?”

“Chaca lumpuh, Ya!!!!!”isaknya

"Arya...."

Lalu dia pingsan tak sadarkan diri…Ayah Deva masih disana bersama Ayah Chaca. Dia merasa bersalah karena anaknya Chaca harus kehilangan 1 kakinya yang mampu menopangnya berjalan. Setelah 3 hari tak sadarkan diri, Chaca terbangun. Chaca melihat raut wajah bahagia di wajah Ayah. Chaca sadar ini hukuman yang tuhan kasih karna dia telah membuat ayah sedih

“Cha, Mau apa?”Kata Ayah

Chaca menggeleng. Airmatanya mengalir. Dia sadar tuhan telah menghukumnya dengan mengambil 1 kakinya yang selalu dia bawa lari untuk mengejar Deva bukan untuk mengajar cita-citanya setinggi langit. Bukan untuk membahagiakan Ayah, tapi untuk membuat mata Ayah berkaca-kaca.

“Om, jangan bilang apa-apa ke Deva. Tentang kaki Chaca, juga tante ya, Om?”Kata Chaca memohon kepada Ayah Deva yang ada di sampingnya

“Biar aja mereka berfikir Chaca cewek bodoh yang ngga punya harga diri, yang rela mempertaruhkan harga dirinya untuk anak, Om”Ucap Chaca

“Chaca, mau pulang”Katanya sambil memandang wajah Ayahnya

Setelah mendapat persetujuan dokter Chaca pulang. Dia tak mau duduk di kursi Roda, dia ingin berjalan tetapi menggunakan tongkat di kanan dan kiri lengannya yang menyangga tongkat itu nanti.

“Ya, apa ada cowok yang mau dengan aku yang seperti ini?”Ucap Chaca ketika malam itu Arya datang ke rumah untuk menghiburnya bersama Tama, dan Desi.

“kata siapa?Cinta itu bukan untuk fisik. Cinta itu harus bisa melihat seseorang dengan sempurna walaupun kenyataannya jauh dari sempurna, Cha. Kalau kamu memiliki cinta yang seperti ini, sulit untuk melepasnya, kamu nggak akan mengeri bahwa orang yang selalu di dekat kamu, selalu memiliki apa yang kamu punya untuk orang lain! ”Kata Arya

“Maksud Arya?”Kata Chaca ngga ngerti

“Apa di hati Chaca nggak ada ruang kosong?Apa di hati Chaca sudah semuanya di bawa pergi untuk Deva?”Kata Arya

“Ya, kamu suka sama Chaca”Kata Desi kaget dan berani menyimpulkan

“Kaliankan sudah pernah pacaran, tapi karena kerana sesuatu hal kalian putuskan?sekarang mau balik lagi?”Kata Tama

“Tam, Des, itu masa lalu. Aku menerima Chaca apa adanya. Aku rela di hati Chaca ada orang lain, Asal raganya ada di dekatku dan tak pernah menangis aku bisa melihatnya tersenyum aku juga bahagia, Tam”Kata Arya

“Itsumo aishiteru”Ucap Arya

“Ceile….jepangnya keluar”Ledek Chaca

Chaca tersenyum. Dia bahagia dia membalas Cinta Arya dan seterusnya bersama Arya. Dia tak ingin mengulang kisahnya dengan Deva, dia ingin membuat cerita baru untuk kisahnya. Supaya bisa dia tuangkan ke dalam kertas putih untuk inspurasinya selanjutnya. Setelah mencintai Arya. Dia menjadi menyukai dunia tulis menulis. Dia jadi menyukai duduk berlama-lama di depan computer untuk melanjutkan cerita-cerita cintanya. 2 tahun berlalu tanpa terasa. Chaca kuliah dengan Arya. Arya benar-benar bisa menjaganya. Malam ini tiba-tiba Tama datang kerumah Chaca ketika ada Arya. Besok ulangtahun Tama ke-19.

“besok kudu datang ke Warung Pak Salman. Buat ngrayain ultahku.”ucap Tama tanpa permisi

“sudah tua masih aja di rayain”

“Ya, kita dateng”kata Arya

“Jam 7 malam jangan terlambat”

Chaca sedang bersiap-siap malam ini. Tadi siang dia sebenarnya sudah lelah sekali karena seharian berjalan tersoek-seok dengan bantuan Arya untuk mencari kado.

“Ka, Baju yang itu sudah di setrika?”Teriak Chaca ke kakaknya

“Sudah, itu di atas meja”

Mobil Arya terparkir di depan rumah Chaca. Menandakan bahwa dia telah datang dan menunnggu Chaca.

“Kenapa pake mobil?Motor kayak tadi siang kan enak?”

“Repot, Cha!!Bawa tongkat segala!!!”

Chaca terdiam. Dia merasa telah membuat Arya susah.

“Maaf, bukan gitu. Naik mobilkan ngga kena udara malam yang dingin”Katanya

Mobil melaju kencang karena terlambat ½ jam dari waktu yang di tentukan Tama. Chaca dan Arya tergesa-gesa. Tapi untung mereka belum mulai makan.

“Tam, maaf kita terlambat”Kata Arya

“Chaca mana?”Kata Arya

“Oya, di mobil”

Chaca berjalan di belakang Arya. Dia tersenyum di belakang Arya. Dia melihat ada Deva dan Nuri disana. Deva tak berkedip melihat perubahan drastis dalam fisik Chaca. Ingatannya berputar ketika Chaca menemuinya di atas kereta api. Ketika pulang mendengar cerita ibunya kalau Chaca berlari mngejar dirinya.

“Chaca?”Katanya

Tama mengenalkan Arya dan Chaca kesemua teman-temannya termasuk Deva dan Nuri.

“Kenalin ini sahabatku”Kata tama

Chaca merasa canggung. Dia takut kalau tak ada yang mau mengenalnya. Chaca hanya diam. Deva menatapnya iba. Entah kenapa tapi yang jelas ada rasa menyesal telah membuat Chaca sedih karena kepergiannya.

“Cha”Deva mendekat

“Chaca kenapa bisa gini?”Kata Deva

Chaca terdiam. Dia tak ingin deva tau masalahnya selama ini. Begitu sulitnya menghilangkan Deva. Karena sekali Chaca mencintai seseorang, tak bisa lagi dia lepaskan.

“Dia gini karena kamu”Kata Arya

“ini bukan salah dia, Ya”Bisik Chaca

Deva pulang, menarik tangan Nuri dan pulang tanpa pamit. Chaca ingin sekali mengejarnya. Kerinduannya terhadap Deva masih ada walaupun sedikiit. Tapi rasa itu masih ada.

Deva pulang kerumah dan bertanya kepada Ayahnya. Ayahnya melanggar janjinya kepada Chaca. 2 tahun dia menyimpan semuanya demi Chaca dan kebahagiaan anaknya. Ayahnya menceritakan luka yang lama Chaca pendam. Deva tak dapat berkata. Dia tak dapat mengeluarkan suara. Fikirannya kacau. Dia berfikir bagaimana bisa Chaca bertahan, sementara dirinya pergi dan sementara kakinya juga pergi. Bagaimana bisa dia tersenyum ketika rasa rindu itu mendekam dalam hatinya.

“Yah, terus gimana bisa Chaca seperti sekarang?”Kata Deva

“Maksud kamu?Tersenyum?”

“Itu di luarnya, di dalamnya dia rapuh. Tetapi Arya menutupi semuanya Arya mengajarkan dia tersenyum”Kata Ayah

“Va…”tiba-tiba terdengar suara Chaca

“Chaca?”Kata Deva kaget

“Chaca nungggu Deva. Chaca kangen sama Deva”Isak Chaca

Deva memeluknya dan meminta maaf atas semuanya.

“Jangan sama aku. Sama Arya dong”Kata Chaca menangis

“Thanks”

“Cha, sekarang kamu ngerti jodoh yang aku maksud dulu?seseorang yang menikah yang cerai dia bisa menemukan jodohnya. Karena .aku bukan cowok yang baik buat kamu. Kita Cuma sahabat. Maaf kalau selama ini ketus. Tapi semua itu untuk mengajarkan kamu supaya bisa menerima kenyataan”

Chaca memeluk Arya dan Deva. Baginya Deva segalanya dan Arya jodohnya yang rela berkorban untuknya.

Chaca terjatuh pingsan. Ternyata Arya, Deva, Tama dan Desi baru mengetahui kalau Chaca tak mempunyai umur yang panjang karena Kanker hati yang mengendap lama dalam diri Chaca.

Chaca tak sadarkan diri dari hari itu hingga sebulan ini. Hari ini tepat ketika kakinya hilang. Tepat ketika Deva pergi. Chaca membuka matanya. Deva dan Arya yang menantinya semalaman.

“Arya…Arya”Kata Chaca

“Ya”Kata Arya

“Jangan tinggalin Chaca”

“Chaca cinta sama Deva, Ar”Ucap Chaca lemah. Jemarinya di genggam halus oleh Deva. Dia mengecup kening Chaca. Chaca menghembuskan nafasnya untuk yang terakhir. Chaca pergi selamanya. Meninggalkan kenangan untuk Deva. Deva terpukul dengan semua itu. Tuhan benar-benar memberikan rencana terduga terhadap Chaca dan dirinya.

Cinta memang membuat seseorang gila. Membuat seseorang merasa semuanya hanya sekali, mereka rela meninggakan semuanya. Tetapi sebenarnya, cinta itu indah. Cinta mengajarkan banyak hal. Tentang pengorbanan dan persahabatan. Cinta itu rela berkorban. Cinta tak mengatakan apa yang yang sebenarnya. Dia mengatakan apa yang tidak dia katakan. Semakin lama membenci semakin lama cinta itu tumbuh subur. Cinta bukan benda yang dapat di simpan. Tetapi cinta dapat berthan lama, cinta tak pernah mati hingga raga ini menyatu dengan tanah.

;;

Template by:
Free Blog Templates